Tuesday, June 21, 2016

Gorbachev dan Politik ‘Baru’ Yang Membawa Kehancuran Uni Soviet

Oleh: Astrid Dwi Rama

Tidak mudah memperbaiki kemunduran perekonomian yang diperbuat oleh pemimpin-pemimpin Uni Soviet sebelumnya. Mikhail Gorbachev menyadari bahwa penerapan Marxisme dan sistem pemerintahan Komunis yang selama ini diterapkan tidak mampu membawa perubahan pada Uni Soviet dari kemunduran ekonomi untuk menandingi lawan-lawannya dari negara-negara barat terutama Amerika Serikat.

Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, ia membuat kebijakan Perestroika (restrukturisasi ekonomi), yaitu menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan dan Glasnost (keterbukaan politik) yang bermakna membuka diri dari pergaulan internasional dan memperluas partisipasi masyarakat dalam negara dengan memberikan kebebasan berbicara yang lebih besar sehingga pers/media massa menjadi lebih merdeka. Selain itu, tujuan utama Gorbachev dalam mengadakan Glasnost adalah untuk menekan kaum konservatif yang menentang kebijakan-kebijakan restrukturisasi ekonominya. Sejak diterapkannya dua kebijakan tersebut, Uni Soviet mulai mengalami perubahan, ketegangan antara blok timur yang dipimpin Uni Soviet dan blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat mulai mereda.

Pada tahun 1987, ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya kedalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan. Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev.

Dikembalikannya hak milik tanah yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah serta terciptanya sistem ekonomi pasar merupakan efek dari kebijakan Perestroika. Sistem ekonomi pasar memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat Uni Soviet. Dikembalikannya perusahaan milik pribadi yang awalnya dikuasai oleh pemerintah, tidak mampu memberikan perubahan yang positif kepada masyarakat. Dampak dari kebijakan tersebut adalah penurunan tingkat kehidupan masyarakat. Hal ini memicu terjadinya pemogokan, aksi demonstrasi dan juga meningkatnya tindak kriminalitas di Uni Soviet.

Kebijakan pemerintah berikutnya adalah Glasnost. Selain di bidang ekonomi, restrukturisasi juga terjadi di bidang media. Kebijakan tersebut membawa perubahan terhadap hak partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Media yang antara tahun 1930 hingga tahun 1980 dikuasai oleh pemerintah, keberadaanya dikembalikan kepada pemiliknya. Hal ini secara otomatis membuat pemerintah tidak memiliki hak untuk mengatur penerbitan suatu berita. Melalui media, masyarakat dibuka pandangannya mengenai sistem pemerintahan komunis pada masa dahulu, kebaikan dan keburukan sistem sosialis dan liberalisme, serta masyarakat diberikan informasi seputar masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah. Media mulai menyingkapkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang selama ini ditutup-tutupi oleh pemerintah Uni Soviet. Laporan-laporan media juga menyingkapkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Stalin, seperti misalnya Pembersihan Besar yang telah terabaikan. Hal ini membuat keyakinan publik terhadap sistem komunis Uni Soviet menurun drastis.

Shock Theraphy yaitu Kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev akhirnya menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam negeri.  Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991. 
                                                     .
Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS. Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.

-------------------------------
Referensi:
Fahrurodji, Ahmad. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi, Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Gorbachev, Mikhail. 1998. "New Political Thinking", dalam Perestroika: New Thinking For Our Country And The World.
Nugraha, Deni. 1991. Munculnya Gorbachev. Jakarta: Gramedia.
Octa. 2011. Runtuhnya Uni Soviet. http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-sejarah/runtuhnya-uni-soviet/ (diakses pada Juni 2016).

No comments:

Post a Comment