Kekaisaran
Romawi Timur
Oleh :
Indah rahmawati
Bendera Kekaisaran pada masa
akhir (abad ke-14) Lambang kekaisaran pada masa
Kekaisaran
Romawi Timur adalah istilah yang digunakan oleh sejarawan modern untuk menyebut
bagian Kekaisaran Romawi yang didominasi penutur bahasa Yunani dan berpusat di
Konstantinopel pada masa Antikuitas Akhir dan Abad Pertengahan dari negaranya
yang lebih awal pada masa Klasik.Kekaisaran ini juga disebut Kekaisaran
Bizantium terutama dalam konteks Abad Pertengahan setelah keruntuhan Kekaisaran
Romawi Barat. Penduduk dan negara-negara tetangganya menyebut kekaisaran ini
sebagai Kekaisaran Romawi saja bahasa Latin: Imperium Romanum) atau Romania.
Setelah Kekaisaran Romawi Barat mengalami perpecahan dan keruntuhan pada abad
ke-5, bagian timurnya masih terus berkembang, bertahan hingga kira-kira seribu
tahun lagi sampai akhirnya ditaklukan oleh Turk Utsmaniyah pada 1453. Selama
sebagian besar masa keberadaannya, negara ini merupakan kekuatan ekonomi,
budaya, dan militer yang paling berpengaruh di Eropa.
Karena pembedaan
antara "Romawi (Timur)" dan "Bizantium" baru ada pada masa
modern, sulit menetapkan tanggal pasti untuk peralihannya. Akan tetapi, ada
beberapa peristiwa penting sejak abad ke-4 hingga ke-6 yang menandai periode
peralihan ketika bagian barat dan timur Kekaisaran Romawi mengalami pemisahan.
Pada tahun 285, Kaisar Diocletianus (berkuasa. 284–305) membagi pemerintahan
Kekaisaran Romawi menjadi empat paruh timur dan barat. Antara tahun 324 dan
330, Kaisar Konstantinus I (berkuasa 306–337) memindahkan ibukota utama dari
Roma ke Bizantium, di sisi Eropa dari Bosporus. Bizantium diganti namanya
diganti Konstantinopel ("Kota Konstantinus") atau disebut juga Nova
Roma ("Roma Baru"). Di bawah kaisar Theodosius II (berkuasa 379-395),
Kristen menjadi agama negara resmi kekaisaran sedangkan agama lainnya seperti
politeisme Romawi dilarang. Periode akhir peralihan dimulai pada akhir
pemerintahan Kaisar Heraclius (berkuasa 610–641) ketika dia sepenuhnya mengubah
kekaisaran dengan mereformasi pasukan dan pemerintahan dengan memperkenalkan
sistem thema dan mengganti bahasa resmi kekaisaran dari bahasa Latin menjadi
bahasa Yunani.
Peralihan ini
juga dipermudah oleh fakta bahwa pada masa Heraclius dan para penerus
terdekatnya, banyak wilayah non-Yunani di Timur Tengah dan Afrika Utara yang
telah direbut oleh Kekhalifahan Arab yang sedang berkembang, dan Kekaisaran Bizantium
hanya meliputi wilayah yang sebagian besar dihuni oleh penutur bahasa Yunani.
Maka dari itu pada masa kini Bizantium dibedakan dari peradaban Romawi kuno
berdasarkan kebudayaannya yang lebih mengarah pada kebudayaan Yunani alih-alih
Latin, dan ditandai oleh Kristen Ortodoks sebagai agama negara setelah tahun
380, dan bukannya politeisme Romawi ataupun Katolik,serta lebih banyak
ditinggali oleh penutur bahasa Yunani alih-alih penutur bahasa Latin.
Negeri ini
pernah menjadi negara terkuat di Eropa, meskipun terus mengalami kemunduran,
terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-Arab. Kekaisaran
ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai kekuatan besar di
Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan
Fatimiyah. Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki
Seljuk. Restorasi Komnenos berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi
setelah kematian Andronikos I Komnenos dan berakhirnya Dinasti Komnenos pada
akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami kemunduran. Romawi Timur semakin
terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun 1204, ketika kekaisaran ini
dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin
Bizantium yang saling berseteru.
Kekaisaran
berhasil didirikan kembali di bawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos setelah
pasukan Yunani Bizantium dari Nikaia berhasil merebut kembali Konstantinopel
pada 1261. Akan tetapi perang saudara pada abad ke-14, ditambah dengan
direbutnya perdagangan oleh republik-republik bahari Italia, terus melemahkan
kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok oleh Kesultanan Utsmaniyah dalam
Peperangan Romawi Timur-Utsmaniyah. Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut
oleh Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran
Romawi Timur, meskipun beberapa monarki Yunani tetap menguasai sejumlah wilayah
bekas milik Kekaisaran Bizantium selama beberapa tahun, hingga takluknya
Mystras pada 1460, Trebizond pada 1461, dan Monemvasia pada 1473.
Sejarah awal
kekaisaran romawi
Pasukan Romawi ketika itu telah berhasil
menguasai daerah luas yang melingkupi seluruh wilayah Mediterania dan sebagian
besar Eropa Timur. Wilayah-wilayah ini terdiri dari berbagai kelompok budaya,
baik yang masih primitif maupun yang telah memiliki peradaban maju. Secara
umum, provinsi-provinsi di wilayah Mediterania timur lebih makmur dan maju
karena telah mengalami perkembangan pesat pada masa Kekaisaran Makedonia serta
telah mengalami proses hellenisasi. Sementara itu, provinsi di wilayah Barat
kebanyakan hanya berupa pedesaan yang tertinggal. Perbedaan antara kedua
wilayah ini bertahan lama dan menjadi penting pada tahun-tahun berikutnya
Pemisahan Kekaisaran Romawi
Lihat pula: Romawi Timur di bawah dinasti
Konstantinus dan Valentinus
Pada tahun 293,
Diokletianus menciptakan sistem administratif yang baru (tetrarki) sebagai
institusi yang dimaksudkan untuk mengefisienkan kontrol Kekaisaran Romawi yang
luas. Ia membagi Kekaisaran menjadi dua bagian, dengan dua kaisar memerintah
dari Italia dan Yunani, masing-masing memiliki wakil-kaisar. Setelah masa
kekuasaan Diokletianus dan Maximianus berakhir, tetrarki runtuh, dan
Konstantinus I menggantinya dengan prinsip penggantian turun temurun.
Resentralisasi
Konstantinus
memindahkan pusat kekaisaran, dan membawa perubahan-perubahan penting pada konstitusi
sipil dan religius. Pada tahun 330, ia mendirikan Konstantinopel sebagai Roma
kedua di Byzantium. Posisi kota tersebut strategis dalam perdagangan antara
Timur dan Barat. Sang kaisar memperkenalkan koin (solidus emas) yang bernilai
tinggi dan stabil,[26] serta and mengubah struktur angkatan bersenjata. Di
bawah Konstantinus, kekuatan militer kekaisaran kembali pulih. Periode
kestabilan dan kesejahteraan pun dapat dinikmati.
Pembaptisan
Konstantinus yang dilukis oleh murid-murid Raphael (1520–1524). Eusebius dari
Caesaria mencatat bahwa (seperti yang biasa dilakukan oleh para pemeluk Kristen
awal) Konstantinus menunda pembaptisan hingga saat sebelum kematiannya, seperti
yang menjadi tradisi pada masa itu.Di bawah Konstantinus, Kekristenan tidak
menjadi agama eksklusif negara, tetapi didukung oleh kekaisaran, apalagi sang
kaisar mendukungnya dengan hak-hak yang berlimpah. Sang kaisar memperkenalkan
prinsip bahwa kaisar tidak perlu menyelesaikan pertanyaan doktrin, tetapi perlu
memanggil dewan-dewan kegerejaan untuk tujuan itu. Sinode Arles dihimpunkan
oleh Konstantinus, dan Konsili Nicea Pertama memamerkan klaimnya untuk menjadi
kepala gereja.
Keadaan
kekaisaran tahun 395 dapat dikatakan sebagai hasil kerja Konstantinus. Prinsip
dinasti diterapkan dengan tegas sehingga kaisar yang meninggal pada masa itu,
Theodosius I, dapat mewariskan kekaisaran pada anak-anaknya: Arcadius di Barat
dan Honorius di Timur. Theodosius merupakan kaisar terakhir yang menguasai seluruh
Romawi Barat dan Timur.
Kekaisaran Timur
terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad ketiga
dan keempat, karena Timur memiliki budaya urban yang lebih mapan dan sumber
daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu menghentikan penyerang dengan
upeti dan menyewa tentara-tentara bayaran. Theodosius II memperkuat tembok
Konstantinopel, sehingga kota tersebut aman dari serangan-serangan; tembok
tersebut tidak dapat ditembus hingga tahun 1204. Untuk mengusir orang-orang Hun
yang berada di bawah pimpinan Attila, Theodosius memberi mereka subsidi (konon
300 kg (700 lb) emas).Ia juga mendukung pedagang Konstantinopel yang berdagang
dengan orang Hun dan bangsa lainnya. Peningkatan ekonomi Bizantium memungkinkan
Theodosius untuk melakukan kodifikasi hukum Romawi.
Kekaisaran Romawi Timur tahun 500 M.
Penerusnya,
Marcianus, menolak melanjutkan membayar upeti ini. Beruntungnya, Attila telah
mengalihkan perhatiannya pada Kekaisaran Romawi Barat. Setelah kematiannya
tahun 453, negeri Attila runtuh dan Konstantinopel membuka hubungan yang
menguntungkan dengan orang-orang Hun yang tersisa. Mereka akhirnya bertempur
sebagai tentara bayaran dalam angkatan bersenjata Romawi Timur.
Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat
Setelah jatuhnya
Attila, perdamaian dapat dinikmati di Romawi Timur, sementara Romawi Barat
runtuh (keruntuhannya tercatat pada tahun 476, ketika jenderal Romawi Jermanik
Odoacer menjatuhkan kaisar Romulus Augustulus).Untuk merebut kembali Italia,
kaisar Zeno hanya bisa bernegosiasi dengan Ostrogoth yang telah menetap di
Moesia. Ia mengirim raja Ostrogoth Theodoric ke Italia sebagai magister militum
per Italiam ("kepala komando untuk Italia"). Setelah berhasil
menjatuhkan Odoacer pada tahun 493, Theodoric menguasai Italia.
Pada tahun 491,
Anastasius I menjadi kaisar, tapi baru pada 497 pasukan kaisar yang baru secara
efektif memperhitungkan perlawanan Isauria. Anastasius adalah seorang reformis
energetik dan administrator yang cakap. Anastasius menyempurnakan sistem koin
Konstantinus I dengan mengatur bobot follis perunggu, koin yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga mengubah sistem perpajakan,
serta menghapuskan pajak chrysargyron yang tidak disukai. Ketika Anastasius
meninggal dunia pada tahun 518, jumlah kas negara tercatat sebesar 320.000 lbs
(145.150 kg) emas.
Penaklukan kembali Romawi Barat
Yustinianus I,
yang naik takhta pada tahun 527, melancarkan penaklukan kembali Romawi Barat.Pada
tahun 532, putra petani Illyria itu menandatangani perjanjian damai dengan
Khosrau I dari Persia. Meskipun harus membayar upeti tahunan yang besar, front
timur Bizantium menjadi aman. Pada tahun yang sama, Yustinianus selamat dari
kerusuhan Nika di Konstantinopel, yang berakhir dengan kematian tiga puluh ribu
perusuh. Kemenangan ini memperkuat posisi Yustinianus.Paus Agapetus I dikirim
ke Konstantinopel oleh raja Ostrogoth Theodahad, tetapi gagal mencapai
kesepakatan perdamaian dengan Yustinianus. Akan tetapi, ia berhasil membuat monofisitisme
dicela.
Penaklukan
kembali Romawi Barat dimulai pada tahun 533. Yustinianus mengirim jenderalnya
Belisarius dan 15.000 tentara untuk merebut kembali provinsi Afrika dari suku
Vandal yang telah berkuasa semenjak tahun 429. Kerajaan Vandal berhasil
ditundukkan. Sementara itu, di Italia Ostrogoth, raja Athalaric meninggal pada
2 Oktober 534. Ibunya, Amalasuntha, dipenjarakan dan dibunuh oleh Theodahad di
pulau Martana. Yustinianus melihatnya sebagai kesempatan untuk melakukan
intervensi. Pada tahun 535, tentara Romawi Timur dikirim ke Sisilia. Kemenangan
berhasil digapai, tetapi Ostrogoth memperkuat perlawanan mereka. Kemenangan
baru benar-benar dicapai pada tahun 540, ketika Belisarius merebut Ravenna.
Wilayah
Romawi Timur pada masa Yustinianus.
Pada 535–536, Theodahad mengirim Paus
Agapetus I ke Konstantinopel untuk meminta dipindahkannya pasukan Bizantium
dari Sisilia, Dalmatia, dan Italia. Meskipun Agapetus gagal dalam misinya untuk
menyepakati perjanjian damai dengan Justinianus, tapi ia berhasil mendorong
Patriark Anthimus I dari Konstantinopel yang Monofisit untuk mundur, meskipun
didukung dan dilindungi oleh maharani Theodora.
Ostrogoth
berhasil disatukan kembali di bawah pimpinan Totila dan merebut Roma pada 17
Desember 546. Belisarius ditarik oleh Yustinianus pada awal tahun 549.Kasim
Narses menggantikannya pada akhir tahun 551 dengan membawa tentara sejumlah
35.000. Totila berhasil dikalahkan dan tewas dalam Pertempuran Busta Gallorum.
Penerusnya, Teia, berhasil ditaklukan dalam Pertempuran Mons Lactarius (Oktober
552). Selanjutnya, suku Goth masih terus melawan. Suku Franka dan Alamanni pun
melancarkan invasi mereka. Meskipun begitu, perang untuk menguasai semenanjung
Italia telah berakhir dengan kemenangan Romawi Timur.
Pada tahun 551,
bangsawan Visigoth di Hispania, Athanagild, memohon bantuan Yustinianus dalam
pemberontakan melawan raja. Sang kaisar mengirim tentara di bawah pimpinan
Liberius. Kekaisaran Romawi Timur berhasil menguasai sepotong wilayah di pantai
Spania hingga masa kekuasaan Heraklius.Sementara itu, di timur, Peperangan
Romawi-Persia berkecamuk hingga tahun 561, ketika Yustinianus dan Khosrau
menyetujui perdamaian selama 50 tahun. Pada pertengahan tahun 550, Yustinianus
telah mencapai kemenangan dalam semua peperangan, dengan pengecualian di
Balkan, ketika kekaisaran terus menerus diserang oleh bangsa Slavia.
Pada tahun 559, kekaisaran diancam oleh
Kutrigur dan Sklavinoi. Yustinianus memanggil Belisarius, dan begitu bahaya
telah sirna, sang kaisar mengambil alih kekuasaan sendiri. Berita bahwa
Yustinianus memperkuat armada Donaunya membuat Kutrigur cemas, sehingga mereka
setuju dengan traktat yang memberi mereka subsidi dan memperbolehkan mereka
pulang dengan aman melewati sungai Donau.Yustinianus juga terkenal karena
pencapaiannya dalam bidang hukum.Pada tahun 529, komisi berjumlah sepuluh orang
yang dikepalai oleh Iohannis Orientalis merevisi undang-undang Romawi kuno.
Seluruh "undang-undang Yustinianus" saat ini dikenal dengan nama
Corpus Juris Civilis.
Selama abad
ke-6, budaya Yunani-Romawi masih berpengaruh kuat di Timur. Filsafat dan budaya
Kristen menjadi semakin penting dan mulai mendominasi budaya lama. Himne-himne
yang Romanus Melodus menandai pengembangan Liturgi Suci. Aristek-arsitek dan
pembangun bekerja keras untuk menyelesaikan gereja baru Kebijaksanaan Suci,
Hagia Sophia yang menggantikan gereja lama yang hancur akibat kerusuhan Nika.
Selama abad keenam dan ketujuh, kekaisaran diguncang oleh wabah pes, yang
membinasakan banyak jiwa, serta mengakibatkan kemunduran ekonomi dan pelemahan
kekaisaran.
Setelah
Yustinianus mangkat pada tahun 565, penggantinya, Yustinus II, menolak membayar
upeti untuk Persia. Sementara itu, suku Langobardi menyerbu Italia. Pengganti
Yustinus, Tiberius II, memberi subsidi kepada suku Avar, sementara melancarkan
serangan terhadap Persia. Subsidi gagal menenangkan suku Avar. Mereka merebut
benteng Sirmium tahun 582, sementara bangsa Slavia mulai menyeberangi sungai
Donau. Maurice, yang menggantikan Tiberius, turut campur dalam perang saudara
Persia, serta menempatkan Khosrau II kembali ke takhta dan menikahkan putrinya
dengannya. Traktat Maurice dengan ipar barunya membawa status quo baru di
timur, dan mengurangi biaya pertahanan selama perdamaian ini (jutaan solidi
berhasil diselamatkan berkat remisi upeti untuk Persia). Setelah kemenangannya
di front timur, Maurice dapat mengalihkan perhatiannya ke Balkan, dan pada
tahun 602, ia berhasil mengusir suku Avar dan Slavia.
Menyusutnya perbatasan
Dinasti Heraklius
Setelah Maurice
dibunuh oleh Phocas, Khosrau mencoba menaklukan provinsi Mesopotamia Romawi.Phocas,
seorang pemimpin tak populer yang dideskripsikan sebagai "tiran"
dalam sumber-sumber Romawi Timur, merupakan target konspirasi-konspirasi senat.
Ia dijatuhkan pada tahun 610 oleh Heraklius. Setelah Heraklius berkuasa,
tentara Persia terus mendesak hingga memasuki Asia Kecil. Mereka menduduki
Damaskus dan Yerusalem, serta memindahkan Salib Sejati ke Ctesiphon.[48]
Heraklius melancarkan serangan balasan dengan ciri perang suci. Tentara Romawi
Timur berperang dengan membawa citra acheiropoietos Kristus sebagai panji
militer (serupa dengan ini, ketika Konstantinopel selamat dari kepungan Avar
pda 626, kemenangan itu dianggap sebagai anugerah dari ikon Perawan yang diarak
dalam prosesi oleh Patriark Sergius di dekat dinding kota. Tentara Persia
berhasil dihancurkan dalam pertempuran di Ninewe tahun 627. Pada tahun 629,
Heraklius mengembalikan Salib Sejati ke Yerusalem dalam upacara yang penuh
keagungan.
Perang ini melemahkan Romawi Timur dan Sassaniyah
Persia, serta membuat keduanya rentan terhadap serangan Muslim Arab yang sedang
bangkit pada masa itu. Tentara Arab berhasil menghancurkan tentara Romawi Timur
dalam Pertempuran Yarmuk tahun 636, dan Ctesiphon jatuh pada tahun 634.
Kekaisaran
Bizantium pada 650 - pada masa ini Bizantium kehilangan seluruh provinsi
selatannya kecuali Keeksarkaan AfrikaTentara Arab, yang telah menaklukan Suriah
dan Levant, terus menerus menyerang Anatolia, dan antara tahun 674 hingga 678
mengepung Konstantinopel. Armada Arab berhasil diusir dengan menggunakan api
Yunani dan gencatan senjata selama tiga puluh tahun disetujui antara kekaisaran
dengan Kekhalifahan Umayyah.Serangan terhadap Anatolia terus berlanjut dan
mempercepat matinya budaya urban klasik. Penduduk-penduduk banyak yang
membentengi kembali wilayah-wilayah yang lebih kecil dalam benteng kota lama,
atau pindah ke benteng-benteng terdekat.
Besar
Konstantinopel sendiri juga menyusut, dari 500.000 penduduk menjadi hanya
40.000-70.000 saja,yang disebabkan karena Konstantinopel kehilangan sumber
gandum pada tahun 618 ketika Mesir direbut oleh Persia (provinsi ini dapat
direbut kembali tahun 629, tetapi akhirnya dikuasai oleh Arab pada tahun 642).Api
Yunani digunakan pertama kali oleh angkatan bersenjata Romawi Timur selama
Peperangan Romawi Timur-Arab. (dari Madrid Skylitzes, Biblioteca Nacional de
Espana,
Madrid). Penarikan tentara di Balkan untuk bertempur melawan Persia dan Arab
di timur telah membuka pintu bagi perluasan wilayah bangsa Slavia. Akibatnya,
seperti di Anatolia, banyak kota menyusut menjadi permukiman terbenteng yang
kecil.Pada tahun 670-an, bangsa Bulgaria didesak ke selatan sungai Donau oleh
bangsa Khazar.
Tentara Romawi
Timur yang dikirim untuk membubarkan permukiman-permukiman baru ini dikalahkan
pada tahun 680. Konstantinus IV lalu menandatangani perjanjian dengan khan
Bulgaria Asparukh, dan negara Bulgaria baru memperoleh kedaulatan atas beberapa
suku-suku Slavia yang sebelumnya mengakui kekuasaan Romawi Timur.Pada tahun
687–688, kaisar Yustinianus II memimpin ekspedisi melawan Slavia dan Bulgaria
yang cukup berhasil.
Kaisar Heraklius
terakhir, Yustinianus II, mencoba menghancurkan kekuatan aristokrasi perkotaan
melalui perpajakan dan penunjukkan "orang luar" dalam jabatan-jabatan
administratif. Ia dijatuhkan pada tahun 695, dan berlindung ke bangsa Khazar,
lalu Bulgaria. Pada tahun 705, Yustinianus II kembali ke Konstantinopel bersama
tentara khan Bulgaria, Tervel. Ia merebut kembali takhta, dan mendirikan rezim
teror bagi musuh-musuhnya. Yustinianus II dijatuhkan kembali pada tahun 711,
sehingga berakhirlah Dinasti Heraklius.
Dinasti Isauria hingga masa saat
Basil I naik takhta
Leo III berhasil
mengusir serangan Muslim tahun 718, dan menggapai kemenangan dengan bantuan
dari khan Bulgaria, Tervel, yang berhasil membunuh 32.000 pasukan Arab dengan
tentaranya. Penerusnya, Konstantinus V, mencapai kemenangan di Suriah utara,
dan melemahkan kekuatan Bulgaria.Pada tahun 826, dengan memanfaatkan melemahnya
Kekaisaran akibat Pemberontakan Thomas Orang Slav pada awal 820-an, Arab
merebut Kreta dan menyerang Sisilia, tetapi pada 3 September 863, jenderal
Petronas berhasil menggapai kemenangan besar dalam pertempuran melawan Umar
al-Aqta, emir Melitene. Di bawah kepemimpinan kaisar Bulgaria Krum, ancaman
Bulgaria muncul kembali, tetapi pada tahun 814, putra Krum, Omortag, berdamai
dengan Kekaisaran Romawi Timur Ikonoklasme Romawi Timur pada abad ke-9.
Abad kedelapan
dan kesembilan kental dengan kontroversi dan perpecahan religius akibat ikonoklasme.
Ikon-ikon dilarang oleh Leo III dan Konstantinus V, yang mengakibatkan
pemberontakan yang dilancarkan oleh ikonodul (pendukung ikon) di seluruh
kekaisaran. Atas upaya Maharani Irene, Konsili Nicea Kedua dihimpunkan tahun
787, dan menegaskan bahwa ikon dapat dihormati tetapi tidak disembah. Pada
tahun 813, Leo V menetapkan kembali kebijakan ikonoklasme, namun Maharani
Theodora memulihkan pemujaan ikon dengan bantuan Patriark Methodios pada tahun
843.[64] Ikonoklasme memperlebar jurang perpecahan antara Timur dan Barat, yang
semakin memburuk pada masa skisma Photios, ketika Paus Nikolas I menentang
pengangkatan Photios sebagai patriark.
Dinasti Makedonia dan kebangkitan
Ada upaya sadar untuk memulihkan kejayaan
seperti pada masa sebelum invasi Slav dan Arab, dan era Makedonia sering
disebut sebagai "Masa Kejayaan" Bizantium.
Peperangan melawan Muslim
Pada tahun 867,
Romawi Timur telah menstabilkan kembali posisinya di timur dan barat. Berkat
efisiensi pada struktur militer, kaisar mampu merencanakan perang penaklukan
kembali di timur.Proses penaklukan kembali dimulai dengan hasil yang tak tetap.
Kreta berhasil ditaklukan untuk sementara (843), tetapi selanjutnya tentara
Romawi Timur mengalami kekalahan di Bosporus, sementara kaisar tak mampu
mencegah penaklukan Muslim di Sisilia (827–902). Dengan menggunakan Tunisia
sebagai batu loncatan, tentara Muslim menaklukan Palermo tahun 831, Messina
tahun 842, Enna tahun 859, Siracusa tahun 878, Catania tahun 900, dan benteng
Romawi Timur terakhir, Taormina, tahun 902.
Keberhasilan
militer pada abad kesepuluh diikuti dengan kebangkitan budaya, yang disebut
Renaisans Makedonia.Kekurangan tersebut segera diseimbangkan melalui
keberhasilan ekspedisi terhadap Damietta di Mesir (856), dikalahkannya Emir
Melitene (863), pemastian kekuasaan kekaisaran di Dalmatia (867), dan serangan
Basil I terhadap Efrat (870s). Basil I mampu menangani situasi di Italia
selatan dengan baik,sehingga provinsi tersebut akan tetap berada di tangan
Romawi Timur selama 200 tahun berikutnya.
Di bawah putra
sekaligus penerus Mikhael, yaitu Leo VI Yang Bijak, perebutan wilayah di timur
terhadap Kekhalifahan Abbasiyah terus berlanjut. Akan tetapi, Sisilia direbut
Arab pada 902, dan pada tahun 904, bencana melanda kekaisaran ketika kota
keduanya, Thessaloniki, dijarah oleh armada Arab yang dipimpin oleh pengkhianat
Romawi Timur Leo dari Tripoli. Tentara Romawi Timur membalas dengan
menghancurkan armada Arab tahun 908, serta menjarah kota Laodicea di Suriah dua
tahun kemudian.
Meskipun
pembalasan telah dilakukan, Romawi Timur tak mampu mengguncang Muslim, yang
telah menghancurkan tentara kekaisaran di Kreta tahun 911.Situasi di perbatasan
dengan Arab tetap cair. Varangia, yang menyerang Konstantinopel untuk pertama
kalinya pada tahun 860, menjadi tantangan baru. Pada tahun 941, mereka muncul
di pantai Bosporus bagian Asia. Kali ini mereka berhasil dihancurkan,
menunjukkan menguatnya kekuatan militer Romawi Timur setelah tahun 907, ketika
hanya diplomasi yang mampu mengusir penyerang-penyerang tersebut.Meninggalnya tsar
Bulgaria Simeon I pada 927 amat melemahkan Bulgaria sehingga Bizantium dapat
berfokus di front timur.[70] Melitene direbut secara permanen pada 934, dan
pada 945 jenderal terkenal Yohanes Kourkouas meneruskan serangan ke Mesopotamia
dengan beberapa keberhasilan, yang berpuncak pada penaklukan kembali Edessa.
Kemenangan ini dirayakan dengan dikembalikannya Mandylion, relik dengan gambar
yang dipercaya sebagai wajah Kristus, yang diagungkan ke Konstantinopel.
Kaisar
Nikephoros II Phokas (berkuasa 963–969) dan Ioannes I Tzimiskes (969–976)
memperluas wilayah kekaisaran hingga Suriah, menundukkan emir-emir di Irak
barat laut, serta menaklukan kembali Kreta dan Siprus. Pada pemerintahan
Ioannes, tentara kekaisaran sempat mengancam Yerusalem.[72] Emirat Aleppo dan
tetangga-tetangganya menjadi vassal kekaisaran. Setelah banyak melancarkan
kampanye militer, ancaman Arab terakhir bagi Romawi Timur berhasil ditaklukan
ketika Basil II dengan cepat menarik 40.000 tentara berkuda untuk membebaskan
Suriah Romawi. Dengan surplus sumber daya alam, Basil II merencanakan ekspedisi
ke Sisilia untuk merebutnya dari bangsa Arab. Setelah kematiannya tahun 1025,
ekspedisi berangkat pada tahun 1040-an, dan berhasil menggapai keberhasilan
awal, tetapi keberhasilan itu selanjutnya terhambat.
Peperangan melawan Kekaisaran
Bulgaria.
Kaisar Basil II sang Pembantai Bulgar
(976–1025).
Pergumulan lama
dengan Takhta Suci berlanjut; kali ini diakibatkan oleh perebutan kekuasaan
religius atas Bulgaria yang baru dikristenkan. Akibatnya, Tsar Simeon I
melancarkan invasi pada tahun 894, tetapi berhasil dihentikan melalui diplomasi
Romawi Timur, yang memohon bantuan dari bangsa Hongaria. Romawi Timur akhirnya
dikalahkan dalam Pertempuran Bulgarophygon (896) dan diharuskan membayar upeti
kepada bangsa Bulgaria. Selanjutnya (912), Simeon berhasil memaksa Romawi Timur
menganugerahinya takhta basileus (kaisar) Bulgaria dan membuat Kaisar
Konstantinus VII menikahi salah satu putri Simeon. Ketika pemberontakan di
Konstantinopel menghambat upaya ini, Simeon menyerang Trakia dan menaklukan
Adrianopel.
Ekspedisi
kekaisaran di bawah pimpinan Leo Phocas dan Romanos Lekapenos mengalami
kekalahan besar dalam Pertempuran Acheloos (917), dan pada tahun berikutnya
Bulgaria memasuki dan merampok Yunani utara hingga sejauh Korintus. Adrianopel
berhasil direbut kembali pada tahun 923, tetapi pada tahun 924 tentara Bulgaria
mengepung Konstantinopel. Situasi di Balkan membaik setelah kematian Simeon
tahun 927. Pada tahun 968, Bulgaria diserbu oleh Rus' di bawah pimpinan
Sviatoslav I dari Kiev. Tiga tahun kemudian, Kaisar Ioannes I Tzimiskes
berhasil mengalahkan bangsa Rus' dan memasukkan wilayah Bulgaria timur ke dalam
kekaisaran.Wilayah kekaisaran di bawah pimpinan Basil II.
Perlawanan
Bulgaria berkecamuk pada masa dinasti Cometopuli. Kaisar baru Basil II
(berkuasa 976–1025) berupaya menundukkan bangsa Bulgaria. Ekspedisi pertama
Basil mengalami kegagalan di Gerbang Trajanus. Pada tahun-tahun berikutnya,
kaisar sibuk dengan pemberontakan internal di Anatolia, sementara Bulgaria
memperluas kekuasaan mereka di Balkan. Perang berlarut selama hampir dua puluh
tahun. Kemenangan Romawi Timur di Spercheios dan Skopje berhasil melemahkan
tentara Bulgaria. Dalam kampanye militer tahunannya, Basil terus mengurangi jumlah
benteng Bulgaria. Akhirnya, dalam Pertempuran Kleidion tahun 1014, Bulgaria
berhasil dikalahkan.[74] Tentara Bulgaria ditangkap, dan konon 99 dari 100
tentara dibutakan, sementara sisanya diberi satu mata untuk memimpin teman
sebangsanya pulang. Ketika Tsar Samuil menyaksikan nasib tentaranya, ia
meninggal akibat syok. Pada tahun 1018, benteng Bulgaria terakhir telah
menyerah, dan negara mereka menjadi bagian dari Romawi Timur. Kemenangan ini
merestorasi perbatasan Donau, yang tidak dikuasai semenjak masa kaisar
Heraklius.
Hubungan dengan Rus' Kiev
Antara tahun 850
hingga 1100, kekaisaran membina hubungan dengan Rus' Kiev. Hubungan ini
memberikan dampak yang panjang terhadap sejarah bangsa Slav Timur, dan Romawi
Timur dengan cepat menjadi mitra budaya dan perdagangan mereka. Akan tetapi
hubungan antara kedua pihak ini tidak selalu hangat. Konflik paling serius
antara kedua negara adalah perang 968–971 di Bulgaria. Serangan-serangan Rus'
terhadap kota-kota Romawi Timur di pantai Laut Hitam dan Konstantinopel juga
tercatat dalam sejarah. Meskipun serangan-serangan tersebut dapat dihalau,
serangan itu berakhir dengan traktat perdagangan yang menguntungkan Rus'.
Hubungan
Rus'-Romawi Timur membaik setelah pernikahan Anna Porphyrogenita dengan
Vladimir yang Agung. Berkat Kristenisasi pula, hubungan kedua negara semakin
manis. Pendeta, arsitek, dan artis Romawi Timur diundang untuk membantu
pengerjaan katedral dan gereja di Rus', sehingga pengaruh budaya Romawi Timur
semakin menyebar. Beberapa tentara Rus' menjadi tentara bayaran dalam angkatan
bersenjata Romawi Timur, dengan yang paling terkenal adalah Penjaga Varangia.
Akan tetapi,
bahkan setelah Kristenisas bansga Rus', hubungan dengan Bizantium tidak selalu
baik. Konflik paling serius antara dua kekuatan ini adalah perang tahun 968–971
di Bulgaria, namun beberapa ekspedisi penyerbuan Rus' terhadap kota-kota
Bizantium di pesisir Laut Hitam dan Konstantinopel sendiri juga pernah
dilakukan. Meskipun sebagian besarnya berhasil dihalau, ekspedisi-ekspedisi itu
seringkali diselesaikan dengan perjanjian damai yang biasanya lebih
menguntungkan bangsa Rus', misalnya perjanjian pada akhir perang tahun 1043,
yang mana ketika itu Rus' menunjukkan indikasi adanya ambisi untuk bersaing
dengan Bizantium sebagai kekuatan yang mandiri.
Kekaisaran
Romawi Timur membentang dari Armenia di timur hingga Calabria di barat.Banyak
keberhasilan telah digapai, dari penaklukan Bulgaria, aneksasi wilayah Georgia
dan Armenia, hingga pemusnahan penyerang Mesir di luar Antiokhia.
Kemenangan-kemenangan tersebut masih belum cukup; Basil mempertimbangkan untuk
mengusir pendudukan Arab di Sisilia. Ia berencana menaklukan kembali pulau
tersebut, tetapi kematian terlebih dahulu menuntut nyawanya tahun 1025.
Leo VI
mereformasi administrasi Kekaisaran, mengatur ulang perbatasan subdivisi
administratif (Themata, atau "Thema") dan merapikan sistem pangkat
serta hak istimewa, serta mengatur tindakan beragam serikat dagang di
Konstantinopel. Reformasi Leo berperan besar dalam mengurangi bahaya perpecahan
Kekaisaran.
Periode ini juga meliputi peristiwa
keagamaan yang penting. Kiril dan Methodius, dua bersaudara Yunani Bizantium
dari Thessaloniki, berperan besar dalam Kristenisasi bangsa Slav.
Krisis dan perpecahan
Romawi Timur
segera terperosok dalam periode kesulitan, terutama diakibatkan oleh kerusakan
sistem dan pengabaian militer. Nikephoros II (963–969), Ioannes Tzimiskes dan
Basil II mengubah divisi militer ( tagmata) dari angkatan bersenjata penduduk
yang defensif menjadi tentara profesional yang banyak diisi oleh tentara
bayaran. Akan tetapi, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa tentara
bayaran tidaklah sedikit. Sementara itu, ancaman invasi terus sirna pada abad
kesepuluh, dan begitu pula kebutuhan garnisun dan perbentengan yang mahal Basil
II mewarisi kas yang berkembang pada penerus-penerusnya, tapi lupa untuk
merencanakan penerusnya. Tidak ada satupun penerusnya yang memiliki bakat
politik atau militer, sehingga pemerintahan kekaisaran jatuh ke tangan pegawai
negeri. Usaha untuk memulihkan ekonomi Romawi Timur hanya mengakibatkan inflasi
dan menurunnya nilai koin emas. Angkatan bersenjata lalu dipandang sebagai
kebutuhan yang tak penting dan ancaman politik. Maka dari itu, tentara asli
dipecat dan digantikan oleh tentara bayaran asing.
Penaklukan
Edessa di Suriah (1031) oleh Bizantium yang dipimpin oleh George Maniakes,
serta serangan balasan Arab.Pada masa yang sama, kekaisaran menghadapi musuh baru yang ambisius.
Provinsi-provinsi Romawi Timur di Italia selatan diancam oleh bangsa Norman,
yang datang ke Italia pada awal abad kesebelas. Selama periode perselisihan
antara Konstantinopel dengan Roma yang berakhir dengan Skisma Timur-Barat tahun
1054, suku Norman mulai menyerbu Italia Bizantium.[80] Bari, pertahanan utama
Bizantium di Apulia, dikepung pada Agustus 1068 dan ditaklukan pada April
1071.[81] Romawi Timur juga kehilangan pengaruh mereka atas kota-kota pantai di
Dalmatia karena direbut Peter Krešimir IV dari Kroasia tahun 1069.
Di Asia
Kecil-lah bencana terbesar akan terjadi. Turki Seljuq melancarkan eksplorasi
pertama mereka melintasi perbatasan Romawi Timur ke Armenia pada tahun 1065 dan
1067. Kedaruratan dibebankan pada aristokrasi militer di Anatolia yang pada
tahun 1068 mengamankan pemilihan salah satu dari mereka sendiri, Romanos Diogenes,
sebagai kaisar. Pada musim panas tahun 1071, Romanos melancarkan kampanye
militer besar terhadap Seljuk. Pada Pertempuran Manzikert, Romanos tidak hanya
menderita kekalahan di tangan Sultan Alp Arslan, tetapi juga ditangkap. Alp
Arslan memperlakukannya dengan hormat, dan tidak mengenakan syarat-syarat keras
pada Romawi Timur.Sementara itu, di Konstantinopel, kudeta yang mendukung
Michael Doukas berlangsung. Pada tahun 1081, Seljuk memperluas kekuasaan mereka
di Anatolia. Wilayah mereka membentang dari Armenia di timur hingga Bithynia di
barat. Ibukota Seljuk didirikan di Nicea, yang hanya terletak sejauh 55 mil (88
km) dari Konstantinopel.
sumbernya?
ReplyDelete