Tuesday, June 21, 2016

Operasi Blietzkrieg & Mimpi Buruk Hittler

Operasi Blietzkrieg Dan Mimpi Buruk Hittler

Disusun Oleh:
Sukma Maulana
1410185034

·     Operasi Blietzkrieg


Saat itu perang terbesar dalam sejarah manusia itu pecah setelah militer Jerman menyerbu Polandia. Selain menandai sebuah konflik bersenjata baru di dunia, serangan Jerman ke Polandia juga memperlihatkan kepada dunia sebuah taktik militer baru yang belum pernah dipraktikkan di masa itu.
Pada Perang Dunia I (1914-1918), merupakan teater sebuah perang statis berupa perang parit. Para prajurit bertahan di parit-parit pertahanan dan berusaha merebut parit lawannya.
Untuk merebut parit lawan para prajurit harus melintasi "tanah tak bertuan" dan saat itulah mereka menjadi sasaran empuk senapan mesin lawan. Korban yang jatuh bisa mencapai ribuan orang dalam sekali gelombang serangan.
Nah, 1 September 1939, Jerman memamerkan taktik perang yang sama sekali baru yang disebut Blitzkrieg atau Perang Kilat.
Dalam blitzkrieg, tidak dikenal adanya pertahanan statis berupa parit atau benteng. Pertahanan terbaik dalam strategi ini adalah gabungan pasukan yang terus bergerak saat melakukan serangan.
Tentu saja serangan seperti ini membutuhkan mesin-mesin perang yang terus bergerak, pesawat tempur yang menguasai udara serta pasukan infantri besar yang terus bermanuver. Serangan semacam ini akan membuat musuh terkejut, kesulitan berkordinasi sehingga mudah dipojokkan. Inilah yang membuat pasukan Jerman saat itu dengan mudah menggilas Polandia.
Sukses menggilas Polandia, dengan taktik yang sama Jerman menghancurkan Belgia, Belanda dan Perancis pada 1940. Blitzkrieg juga digunakan jenderal legendaris Erwin Rommel saat berperang di Afrika.
Heinz Guderian
Jerman mulai mengembangkan taktik perang kilat ini antara 1918-1939 demi menghindari kebuntuan seperti yang terjadi pada Perang Dunia II.
Strategi blitzkrieg ini sangat tergantung keberadaan unit-unit tank ringan yang didukung pesawat tempur dan infantri. Dasar taktiknya adalah doktrin "Schlieffen Plan" yang diuraikan Panglima Militer Kekaisaran Jerman Alfred von Schliefen, yang intinya adalah taktik perang yang bertujuan mencapai kemenangan dengan cepat.
Doktrin ini kemudian dikembangkan oleh seorang perwira angkatan darat Jerman, Heinz Guderian yang yakin teknologi modern seperti pesawat pengebom dan tank akan meningkatkan kemampuan manuver militer Jerman. Seperti sudah disinggung di atas, taktik blitzkrieg Jerman ini memang sangat mengejutkan. Setelah menghancurkan Polandia. Jerman mengalihkan pasukannya ke Eropa barat.
Pada 10 Mei 1940, Jerman mengalihkan pasukannya ke Perancis, Belgia dan Belanda. Perancis saat itu tak hanya didukung militer yang cukup kuat namun juga memiliki jaringan benteng Maginot Line sepanjang perbatasannya dengan Jerman.
Namun, sekali lagi Jerman dengan taktik blitzkriegnya bisa menerobos Maginot Line, yang sebelumnya diklaim tak bisa ditembus, dan langsung merangsek ke wilayah Perancis. Dan hanya dalam waktu satu bulan tepatnya 14 Juni 1940 pasukan Jerman sudah menduduki Paris yang disusul perjanjian gencatan senjata antara Perancis dan Jerman pada 22 Juni 1940. Nasib Belgia dan Belanda tak jauh berbeda dengan Perancis. Kedua negara ini tak kuasa menahan laju blitzkrieg Jerman. Perancis, Belanda dan Belgia menjadi jajahan Jerman hingga dibebaskan sekutu pada 1944.
·     Akhir dari blitzkrieg
Sayangnya, sesempurna apapun sebuah strategi pasti terdapat kelemahan. Dan kelemahan blitzkrieg tak diketahui hingga Jerman mencanangkan perang melawan Uni Soviet. Pada 1941, Jerman menggelar Operasi Barbarossa untuk menginvasi Uni Soviet. Pada awalnya strategi blitzkrieg sukses dan nyaris menghancurkan angkatan bersenjata Beruang Merah.
Pesawat-pesawat bom tukik Stuka menghancurkan pangkalan-pangkaan udara Uni Soviet. Sementara pasukan tank Jerman yang dahsyat dengan mudah mengepung dan menghancurkan divisi-divisi tank Uni Soviet. Dalam hari ke-17 Operasi Barbarossa, Jerman menawan 300.000 prajurit Rusia, sementara 2.500 tank, 1.400 senjata artileri dan 250 pesawat terbang hancur atau dirampas. Di mata banyak orang Rusia sudah di ambang kekalahan dan Moskwa nampaknya ditakdirkan jatuh ke tangan Jerman. Sayangnya, di tengah gerak maju itu pemimpin Nazi Adolf Hitler memiliki pemikiran lain. Dia memerintahkan Divisi Panser Tengah yang dipimpin Heinz Guderian bergerak untuk merebut Kiev.
Guderian yang sebenarnya marah atas perintah Hitler ini, tak kuasa menolak dan sebagai seorang prajurit profesional dia menjalankan perintah atasannya. Namun, terbukti perintah Hitler itu menjadi sebuah blunder. Pertempuran ternyata tak berakhir cepat dan masih berlangsung hingga musim dingin Rusia yang kejam datang.
Mesin-mesin perang Jerman terjebak dalam lumpur musim dingin Rusia, sementara akibat terlalu yakin bisa memenangkan perang dengan cepat, pasukan Jerman tak dibekali pakaian musim dingin yang layak.
Akibatnya, ratusan ribu tentara Jerman tewas bukan akibat peluru Uni Soviet namun karena hantaman musim dingin. Dan, strategi perang kilat Jerman yang begitu menggetarkan di awal perang, takluk oleh alam Rusia dan kesalahan perhitungan Adolf Hitler
·     Mimpi Buruk Hittler
Seperti membangunkan singa besar yang tertidur,lebih tepatnya untuk ke yang kedua kalinya.Hitler sepertinya tak belajar dari kesalahan Napoleon Bonaparte ketika hendak menguasai Rusia pada 1812,musim dingin yang kejam,kekurangan pasokan makanan,dan penyakit menular,kemudian menjadi akhir dari ambisi Napoleon untuk menguasa Rusia dan sekaligus mengakhiri kejayaan Napoleon sebagai pempimpin Perancis.

Kebijakan Nazi bertujuan untuk menghancurkan Uni Soviet sebagai entitas politik sesuai dengan geopolitik untuk kepentingan masa depan generasi"Arya".

·     Pertempuran Stalindgrad yang Memutarbalikan Keadan Jerman yang Diatas Angin.
Pada 18 Desember 1940-41,Jerman melancarkan operasi militer yang diberi sandi “Barbossa”. Barbarossa adalah nama seorang Kaisar Jerman pada Abad Pertengahan.Operasi ini bertujuan untuk melancarkan serangan terhadap Uni Soviet yang menurut Hitler merupakan negara yang lemah dan ringkih sehingga dengan mudah dapat mereka taklukan.Harapan yang Hitler inginkan dari operasi ini adalah Jerman kemudian dapat menguasai sumber daya alam seperti minyak yang Soviet miliki serta menciptakan ruang hidup atau lebensraum di tanah Soviet yang begitu luas.
Padahal sebelumnya,pada tahun 1939,Hitler telah menyetujui sebuah pakta dengan Soviet dimana kedua negara tersebut tidak akan saling berperang.Namun hal ini sifatnya hanyalah sementara sebab pakta itu disetujui Hitler agar ia dapat menyerang Polandia tanpa gangguan dari Soviet.
Pada awalnya serangan dilaksanakan dengan baik oleh Jerman,menggunakan taktik blitzkrieg,tentara Jerman dengan bantuan sekutunya berhasil menyapu bersih tentara Soviet yang tidak siap dan kalah persenjataan.Dalam hitungan bulan ratusan ribu pasukan Soviet terbunuh,puluhan ribu kendaraan perang hancur,dan kerusakan begitu banyak bagi berbagai kota di daerah milik Soviet.\
Operasi yang sudah direncakan setahun sebelumnya termasuk oleh Hitler sendiri,pada awalnya seperti memberi titik terang bagi harapan Hitler untuk menciptakan lebensraum di tanah timur Eropa.Namun sejatinya salah satu operasi paling ambisius dalam sejarah ini kelak menjadi kesalahan terbesar Hitler dalam Perang Dunia II.
Melibatkan sekitar 3 juta tentara dan 3500 tank dari pihak Jerman dan sekutunya,operasi ini kemudian berubah menjadi mimpi buruk.Musim dingin di Soviet yang begitu menyiksa dan jumlah tentara Soviet yang seakan tak pernah habis,tak peduli berapapun kehilangan yang dialami,tentara Soviet seakan terus berdatangan.Jutaan rakyat dikobarkan semangatnya oleh pidato yang dikumandangkan Stalin melalui radio kepada rakyatnya.Hasilnya rakyat dari berbagai kalangan bergabung dengan “Tentara Merah” untuk mempertahankan Soviet.
Pada tahun Agustus 1942,pergerakan tentara Jerman terhenti di  kota Stalingrad (sekarang Volgograd).Di kota inilah tentara Soviet mati-matian mempertahankanya,karena apabila Stalingrad berhasil jatuh ke tangan Jerman,jalan mereka untuk menguasai ladang minyak di kota Baku semakin terbuka pergerakan tentara Jerman makin ke timur makin mudah.
Perang terjadi selama berbulan-bulan,darah dimana-mana,jumlah mayat yang membludak,reruntuhan akibat perang yang tak terhitung menjadi gambaran bagi kota Stalingrad pada saat itu.Logistik yang semakin hari menipis ditambah dengan penyakit menular kemudian  membuat tentara Jerman semakin menderita. Ditambah pada November 1942 ketika musim dingin tiba di Stalingrad,cuaca ekstrem Soviet   semakin membuat pihak Jerman semakin sengsara.Jendral von Paulus yang memimpin tentara Jerman di Stalingrad kemudian meminta kepada Hitler untuk mundur dari peperangan,namun Hitler bersikeras bahwa pertempuran harus tetap dilanjukan,hasilnya Hitler mengirim bala bantuan berupa tentara tambahan dari sekutunya untuk ikut andil dalam peperangan ini.
Namun pasukan tambahan yang Hitler kirimkan,seakan tak berguna menghadapi jumlah pasukan Soviet yang kian hari semakin banyak,seakan tak pernah habis.Hasilnya pada Januari 1943 Soviet dipimpin Georgy Zhukov berhasil  melancarkan serangan umum dan menghabisi tentara Jerman yang sudah kelelahan akibat perang ditambah dengan kelaparan dan penyakit yang menambah derita mereka.
Kemenangan Soviet di Stalingrad kemudian menjadi salah satu titik balik yang mengubah jalanya Perang Dunia II.Sebab setelah kemenangan ini,tentara Soviet bermodalkan jumlah pasukan yang begitu banyak dan semangat membalas perbuatan Jerman di tanah mereka,kemudian melancarkan penyerangan terus menerus dari Soviet hingga akhirnya mereka berhasil mencapai Berlin pada 1945 dan kemudian mengakhiri perang dunia II di Eropa. Ketidaksabaran Hitler berbuah celaka. Ia telah membuat celaka tiga ratus ribu prajuritnya di sana dan membuat Jerman kehilangan di Front Timur. Kehancuran tiga ratus ribu tentara Jerman di Stalingrad membuat kekuatan negara itu lumpuh dan tak dapat lagi diperbaiki.

Refrensi:
P.K Ojong Editor R.B SugiartoPerang Eropa,
http://internasional.kompas.com/


No comments:

Post a Comment