Monday, June 13, 2016

Pound Sterling Mata Uang Resmi Inggris



Oleh:
Juwita Putri Morjani
1401085009

Uni Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang beranggotakan negara-negara Eropa. Persatuan ini didirikan pada tahun 1992 melalui Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht). Salah satu lembaga organ penting di dalam UE adalah Bank Sentral Eropa.[1] Bank Sentral Eropa adalah sebuah bank sentral di Eropa yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter untuk 16 negara yang menggunakan mata uang euro.[2] Euro adalah mata uang yang dipakai di 28 negara anggota Uni Eropa, di antaranya adalah Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, dan Kroasia. Namun di dalam negara anggota tersebut tidak tercantum negara Inggris meskipun negara tersebut masuk ke dalam anggota Uni Eropa, negara ini lebih memilih menggunakan mata uang pound sterling. Lembaga organ penting di dalam UE adalah Komisi Eropa, Dewan Uni Eropa, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan Bank Sentral Eropa. Di samping itu, terdapat pula Parlemen Eropa yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga negara anggota.[3]
Uni Eropa sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Eropa yang telah mencakup berbagai bidang juga memiliki beragam bentuk kebijakan. Di mana pada awal pembentukannya, hanya bidang ekonomi dan politik sebagai base dimention. Lewat perkembangannya, Uni Eropa memperluas bidang cakupannya ke bidang-bidang lainnya, seperti bidang sosial, hukum, pertahanan, keamanan, dan politik luar negeri. Contoh kebijakan Uni Eropa dalam bidang sosial adalah pemerataan pembangunan untuk mempercepat pertumbuhan wilayah terbelakang (most disadvantages areas) di kawasan Uni Eropa maupun di negara berkembang bukan anggota Uni Eropa yang diatur dalam Perjanjian Maastricht pada pasal 130u (1) Title XVII tentang Development Cooperation.[4]

A.    Euro
Euro adalah mata uang yang dipakai di 18 negara anggota Uni Eropa. Kelahirannya terjadi hampir empat dekade setelah pembentukan Pasar Bersama Eropa (European Common Market / ECM) dan delapan tahun setelah presiden Prancis Francois Mitterand dan Kanselir Jerman Helmut Kohl mendesak pembentukan mata uang tunggal Eropa pada KTT Eropa di Maastricht. [5]
Secara giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru dipakai pada tanggal 1 Januari 2002. Uang kertas Euro di mana-mana rupanya sama, tetapi uang logamnya di belakang berbeda-beda. Uang logam setiap negara diberi lambangnya sendiri. Uang logam euro terdiri dari uang logam 1 sen euro, uang logam 2 sen euro, uang logam 5 sen euro, uang logam 10 sen euro, ang logam 20 sen euro, uang logam 50 sen euro, uang logam 1 euro, uang logam 2 euro. Sedangkan, uang kertasnya terdiri dari uang kertas 5 euro, uang kertas 10 euro, uang kertas 20 euro, uang kertas 50 euro, uang kertas 100 euro, uang kertas 200 euro, uang kertas 500 euro. [6]

B.     Transisi ke Mata Uang Euro
Antara Januari 2002 hingga akhir Juni 2002, mata uang Euro diterbitkan dan mulai digunakan untuk transaksi tunai maupun pembukuan berdampingan dengan mata uang lokal. Dalam kurun waktu ini, uang kertas dan logam dalam mata uang lokal mulai ditarik dari peredaran, sebaliknya uang kertas dan logam euro mulai dilepas ke pasaran.
Barulah pada 1 Juli 2002, secara resmi euro menjadi mata uang tunggal di semua negara Uni Eropa yang mengadopsinya. Untuk keperluan penyatuan mata uang Eropa ini, tidak kurang 12 miliar lembar uang kertas dan 300 ribu ton uang logam euro harus dicetak guna menggantikan mata uang lokal. [7]

C.    Pound Sterling
Pound: Satuan standar moneter dalam sistem moneter Inggris, dan di banyak negara-negara dari kerajaan Inggris dan negara-negara kesemakmuran. Asal mulanya, harga dari satu pound mata uang logam perak ialah pound sterling Inggris, yang sekarang ditentukan 2.48828 gr emas murni.[8]
Sterling: Istilah ini berasal dari suatu mata uang logam kecil, yang ditandai dengan suatu bintang, sehingga 1 pound sterling sebetulnya mempunyai nilai 1 pound dari mata uang logam itu. Atau bisa juga didefinisikan suatu patokan atau standar untuk logam perak dari suatu tingkat kemurnian atau fineness yang ditetapkan. Seperti yang telah ditentukan oleh pemerintah Inggris, sterling silver adalah perak yang paling sedikit harus mengandung 222 bagian dari 240 bagian perak murni, dan 18 bagian atau kurang dari logam campuran.[9]
Sedangkan, di dalam id.wikipedia.org dijelaskan bahwa pound sterling adalah mata uang Britania Raya. Selain di Britania Raya, pound sterling juga digunakan di Kepulauan Falkland, Gibraltar, Guernsey, Jersey, Kepulauan Falkland, dan lain-lain. Mata uang pound sterling adalah mata uang tertua di dunia. Kata "pound" dan "sterling" sendiri merujuk pada logam perak seberat satu pound yang digunakan sebagai nilai pembanding mata uang tersebut. Pada masa modern, nilai pound sterling tidak lagi dikaitkan dengan nilai perak dalam berat tertentu, melainkan ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan penawaran dan permintaan. Pihak yang paling bertanggung jawab atas sirkulasi dan nilai tukar pound sterling adalah Bank of England selaku Bank Sentral.
Uang koin pound sterling terdiri dari 1 penny, 2 pence, 5 pence, 10 pence, 20 pence, 50 pence, 1 pound, 2 pound. Sedangkan, uang kertasnya terdiri dari 5 pounds, 10 pounds, 20 pounds, 50 pounds.[10]

D.    Alasan Inggris Tidak Menggunakan Euro dan Memilih Pound Sterling sebagai Mata Uang Resmi Negaranya
Rakyat Inggris tidak ingin pound sterling yang merupakan suatu kebanggaan lenyap begitu saja. Inggris memiliki alasan bahwa pound sterling tidak hanya sekadar mata uang bagi Inggris, tetapi juga kebanggaan imperium Inggris, yakni Britania Raya. Oleh karena itu, Inggris melakukan merkantilisme dalam Uni Eropa. Inggris menerapkan peraturan-peraturan yang bersifat merkantilis yang berusaha membuat negaranya untung dan secara tidak langsung merugikan negara lain atau dikenal dengan istilah zero-sum game. Merkantilisme dalam hal ini merupakan suatu cita-cita organisasi ekonomi yang dijalankan pemerintah.[11]
Di dalam buku Eugenia Liliawati Muljono (1999: 21) menulis bahwa:
Salah satu anggota Uni Eropa yang belum menerima euro adalah Inggris. Ucapan Winston Churchil yang dikemukakan sekitar 70 tahun silam, kembali bergaung di Inggris. Ketika itu, Churchil mengatakan “Kami bersama Eropa, tetapi bukan bagian Eropa”.
Jajak pendapat terhadap para pembaca tabloid The Sun yang diungkapkan tanggal 4 Januari 1999 mempertegas sikap dan pendirian Inggris itu. Menurut jajak pendapat itu sembilan dari 10 pembaca tabloid populer itu menentang Inggris memberlakukan mata uang tunggal. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Institut Gallup itu menunjukkan, 94 persen dari 12.000 responden mengatakan, mereka akan memberi suara “Tidak” bila diadakan referendum tentang keikutsertaan Inggris dalam Euro.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 1999 sudah muncul penolakan terhadap Euro sebagai mata uang Inggris pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, namun faktor utamanya adalah nasionalisme masyarakat Inggris yang begitu besar, hal ini bisa dilihat di dalam tesis Grata Endah Werdaningtyas (2000: 142-159) bahwa:
Berbagai negara memandang EMU sebagai langkah besar menuju apa yang disebut ‘ever closer union’ seperti yang tercantum dalam pembukaan Maastricht Treaty. Meskipun banyak difokuskan dalam aspek-aspek dan detail ekonomi, bagi sebagian besar masyarakat Eropa, proyek Mata Uang Tunggal Eropa adalah suatu langkah politik. Demikian juga sebagian keberatan-keberatan Inggris, Denmark, dan Swedia untuk mengadopsi Euro memiliki nuansa politis.
Penyatuan Poundsterling ke dalam Euro, di mata masyarakat Inggris, yang terutama dan terpenting, memiliki implikasi terhadap kedaulatan negara. Pertama mata uang nasional, dalam hal ini Poundsterling, dianggap sebagai simbol kedaulatan suatu negara. Sebagai ilustrasinya ketika negara-negara bekas Uni Soviet memisahkan diri dari Rusia, salah satu hal yang pertama kali mereka lakukan adalah memperkenalkan mata uang mereka sendiri. Hal yang kedua adalah bergabung dengan Uni Moneter yang berarti penyerahan otoritas nasional pemerintah di bidang kebijakan moneter.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A. 1963. Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris–Indonesia) Jilid III. Jakarta: Yayasan Prapancha.
______________. 1963. Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris–Indonesia) Jilid IV. Jakarta: Yayasan Prapancha.
Istianda, Meita. 2000. Aspek Ekonomi dan Aspek Politik dalam Perjanjian Maastricht, Thesis S-2, Jakarta: Universitas Indonesia.
Muljono, Eugenia Liliawati. 1999. Mengenal Mata Uang Tunggal Eropa Euro. Jakarta: Harvarindo.
Hardjosoebroto, S. 1976. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir Abad Pertengahan sampai Perang Dunia II. Yogyakarta: BPFE.
Werdaningtyas, Grata Endah. 2000. Kebijaksanaan Inggris (1992-1999) Terhadap Uni Ekonomi dan Moneter: Faktor-Faktor yang Mendorong Penundaan Inggris Untuk Bergabung dalam Mata Uang Tunggal Eropa. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Website
Anonim. “Pound sterling”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pound_sterling.
Anonim. “Uni Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
Anonim. “Bank Sentral Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Sentral_Eropa.
Anonim. “Uni Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
Anonim. “Euro”, http://id.wikipedia.org/wiki/Euro.


[1] Anonim, “Uni Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
[2] Anonim, “Bank Sentral Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Sentral_Eropa.
[3] Anonim, “Uni Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
[4] Meita Istianda, Aspek Ekonomi dan Aspek Politik dalam Perjanjian Maastricht, Thesis-S-2 (Jakarta: Universitas Indonesia, 2000), hlm. 42.
[5] Eugenia Liliawati Muljono, Mengenal Mata Uang Tunggal Eropa Euro (Jakarta: Harvarindo, 1999), hlm. 2.
[7] Eugenia Liliawati Muljono, Op. Cit., hlm. 11.
[8] A. Abdurachman, Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris – Indonesia) Jilid III (Jakarta: Yayasan Prapancha, 1963), hlm. 758.
[9] A. Abdurachman, Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris – Indonesia) Jilid IV (Jakarta: Yayasan Prapancha, 1963), hlm. 961.
[10] Anonim, “Pound sterling”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pound_sterling.
[11] Hardjosoebroto, S. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir Abad Pertengahan sampai Perang Dunia II (Yogyakarta: BPFE, 1976), hlm. 7.

No comments:

Post a Comment