Oleh:
Juwita Putri Morjani
1401085009
Uni
Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional,
yang beranggotakan negara-negara Eropa. Persatuan ini didirikan pada tahun 1992
melalui Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht).
Salah satu lembaga organ penting di dalam UE adalah Bank Sentral Eropa.[1]
Bank Sentral Eropa adalah sebuah bank sentral di Eropa yang bertanggung jawab
atas kebijakan moneter untuk 16 negara yang menggunakan mata uang euro.[2]
Euro adalah mata uang yang dipakai di 28 negara anggota Uni Eropa, di antaranya
adalah Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya,
Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia,
Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus,
Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, dan Kroasia. Namun di dalam negara
anggota tersebut tidak tercantum negara Inggris meskipun negara tersebut masuk
ke dalam anggota Uni Eropa, negara ini lebih memilih menggunakan mata uang pound sterling. Lembaga organ penting di
dalam UE adalah Komisi Eropa, Dewan Uni Eropa, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan
Bank Sentral Eropa. Di samping itu, terdapat pula Parlemen Eropa yang anggota-anggotanya
dipilih langsung oleh warga negara anggota.[3]
Uni
Eropa sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Eropa yang telah mencakup
berbagai bidang juga memiliki beragam bentuk kebijakan. Di mana pada awal
pembentukannya, hanya bidang ekonomi dan politik sebagai base dimention. Lewat perkembangannya, Uni Eropa memperluas bidang
cakupannya ke bidang-bidang lainnya, seperti bidang sosial, hukum, pertahanan,
keamanan, dan politik luar negeri. Contoh kebijakan Uni Eropa dalam bidang
sosial adalah pemerataan pembangunan untuk mempercepat pertumbuhan wilayah
terbelakang (most disadvantages areas)
di kawasan Uni Eropa maupun di negara berkembang bukan anggota Uni Eropa yang
diatur dalam Perjanjian Maastricht pada pasal 130u (1) Title XVII tentang Development
Cooperation.[4]
A. Euro
Euro
adalah mata uang yang dipakai di 18 negara anggota Uni Eropa. Kelahirannya
terjadi hampir empat dekade setelah pembentukan Pasar Bersama Eropa (European Common Market / ECM) dan delapan tahun setelah presiden
Prancis Francois Mitterand dan Kanselir Jerman Helmut Kohl mendesak pembentukan
mata uang tunggal Eropa pada KTT Eropa di Maastricht. [5]
Secara
giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara
fisik baru dipakai pada tanggal 1 Januari 2002. Uang kertas Euro di mana-mana
rupanya sama, tetapi uang logamnya di belakang berbeda-beda. Uang logam setiap
negara diberi lambangnya sendiri. Uang
logam euro terdiri dari uang logam 1 sen euro, uang logam 2 sen euro, uang
logam 5 sen euro, uang logam 10 sen euro, ang logam 20 sen euro, uang logam 50
sen euro, uang logam 1 euro, uang logam 2 euro. Sedangkan, uang kertasnya
terdiri dari uang kertas 5 euro, uang kertas 10 euro, uang kertas 20 euro, uang
kertas 50 euro, uang kertas 100 euro, uang kertas 200 euro, uang kertas 500
euro. [6]
B. Transisi ke Mata Uang Euro
Antara
Januari 2002 hingga akhir Juni 2002, mata uang Euro diterbitkan dan mulai
digunakan untuk transaksi tunai maupun pembukuan berdampingan dengan mata uang
lokal. Dalam kurun waktu ini, uang kertas dan logam dalam mata uang lokal mulai
ditarik dari peredaran, sebaliknya uang kertas dan logam euro mulai dilepas ke
pasaran.
Barulah
pada 1 Juli 2002, secara resmi euro menjadi mata uang tunggal di semua negara
Uni Eropa yang mengadopsinya. Untuk keperluan penyatuan mata uang Eropa ini,
tidak kurang 12 miliar lembar uang kertas dan 300 ribu ton uang logam euro
harus dicetak guna menggantikan mata uang lokal. [7]
C. Pound Sterling
Pound:
Satuan standar moneter dalam sistem moneter Inggris, dan di banyak negara-negara
dari kerajaan Inggris dan negara-negara kesemakmuran. Asal mulanya, harga dari
satu pound mata uang logam perak
ialah pound sterling Inggris, yang
sekarang ditentukan 2.48828 gr emas murni.[8]
Sterling:
Istilah ini berasal dari suatu mata uang logam kecil, yang ditandai dengan
suatu bintang, sehingga 1 pound sterling
sebetulnya mempunyai nilai 1 pound
dari mata uang logam itu. Atau bisa juga didefinisikan suatu patokan atau
standar untuk logam perak dari suatu tingkat kemurnian atau fineness yang ditetapkan. Seperti yang
telah ditentukan oleh pemerintah Inggris, sterling
silver adalah perak yang paling sedikit harus mengandung 222 bagian dari
240 bagian perak murni, dan 18 bagian atau kurang dari logam campuran.[9]
Sedangkan, di dalam id.wikipedia.org dijelaskan bahwa pound sterling adalah mata uang Britania
Raya. Selain di Britania Raya, pound
sterling juga digunakan di Kepulauan Falkland, Gibraltar, Guernsey, Jersey,
Kepulauan Falkland, dan lain-lain. Mata uang pound sterling adalah mata uang tertua di dunia. Kata "pound" dan "sterling" sendiri merujuk pada
logam perak seberat satu pound yang
digunakan sebagai nilai pembanding mata uang tersebut. Pada masa modern, nilai pound sterling tidak lagi dikaitkan
dengan nilai perak dalam berat tertentu, melainkan ditentukan oleh mekanisme
pasar berdasarkan penawaran dan permintaan. Pihak yang paling bertanggung jawab
atas sirkulasi dan nilai tukar pound
sterling adalah Bank of England
selaku Bank Sentral.
Uang koin pound sterling terdiri dari 1 penny, 2 pence, 5 pence, 10 pence, 20 pence, 50 pence, 1 pound, 2 pound. Sedangkan, uang kertasnya terdiri dari 5 pounds, 10 pounds, 20 pounds, 50 pounds.[10]
D. Alasan Inggris Tidak Menggunakan
Euro dan Memilih Pound Sterling sebagai Mata Uang Resmi Negaranya
Rakyat Inggris tidak
ingin pound sterling yang merupakan
suatu kebanggaan lenyap begitu saja. Inggris memiliki alasan bahwa pound sterling tidak hanya sekadar mata
uang bagi Inggris, tetapi juga kebanggaan imperium Inggris, yakni Britania
Raya. Oleh karena itu, Inggris melakukan merkantilisme dalam Uni Eropa. Inggris
menerapkan peraturan-peraturan yang bersifat merkantilis yang berusaha membuat
negaranya untung dan secara tidak langsung merugikan negara lain atau dikenal
dengan istilah zero-sum game.
Merkantilisme dalam hal ini merupakan suatu cita-cita organisasi ekonomi yang
dijalankan pemerintah.[11]
Di dalam buku Eugenia
Liliawati Muljono (1999: 21) menulis bahwa:
Salah satu anggota Uni
Eropa yang belum menerima euro adalah Inggris. Ucapan Winston Churchil yang
dikemukakan sekitar 70 tahun silam, kembali bergaung di Inggris. Ketika itu,
Churchil mengatakan “Kami bersama Eropa,
tetapi bukan bagian Eropa”.
Jajak pendapat terhadap
para pembaca tabloid The Sun yang
diungkapkan tanggal 4 Januari 1999 mempertegas sikap dan pendirian Inggris itu.
Menurut jajak pendapat itu sembilan dari 10 pembaca tabloid populer itu
menentang Inggris memberlakukan mata uang tunggal. Hasil jajak pendapat yang
dilakukan oleh Institut Gallup itu menunjukkan, 94 persen dari 12.000 responden
mengatakan, mereka akan memberi suara “Tidak”
bila diadakan referendum tentang keikutsertaan Inggris dalam Euro.
Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 1999 sudah muncul penolakan terhadap Euro sebagai
mata uang Inggris pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, namun
faktor utamanya adalah nasionalisme masyarakat Inggris yang begitu besar, hal
ini bisa dilihat di dalam tesis Grata Endah Werdaningtyas (2000: 142-159)
bahwa:
Berbagai negara memandang EMU
sebagai langkah besar menuju apa yang disebut ‘ever closer union’ seperti yang tercantum dalam pembukaan Maastricht Treaty. Meskipun banyak
difokuskan dalam aspek-aspek dan detail ekonomi, bagi sebagian besar masyarakat
Eropa, proyek Mata Uang Tunggal Eropa adalah suatu langkah politik. Demikian
juga sebagian keberatan-keberatan Inggris, Denmark, dan Swedia untuk mengadopsi
Euro memiliki nuansa politis.
Penyatuan Poundsterling ke dalam Euro,
di mata masyarakat Inggris, yang terutama dan terpenting, memiliki implikasi
terhadap kedaulatan negara. Pertama mata uang nasional, dalam
hal ini Poundsterling, dianggap sebagai simbol kedaulatan suatu negara. Sebagai
ilustrasinya ketika negara-negara bekas Uni Soviet memisahkan diri dari Rusia,
salah satu hal yang pertama kali mereka lakukan adalah memperkenalkan mata uang
mereka sendiri. Hal yang kedua adalah bergabung dengan Uni
Moneter yang berarti penyerahan otoritas nasional pemerintah di bidang
kebijakan moneter.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurachman, A. 1963. Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris–Indonesia)
Jilid III. Jakarta: Yayasan Prapancha.
______________. 1963. Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan (Inggris–Indonesia)
Jilid IV. Jakarta: Yayasan Prapancha.
Istianda, Meita. 2000. Aspek Ekonomi dan Aspek Politik dalam Perjanjian Maastricht, Thesis
S-2, Jakarta: Universitas Indonesia.
Muljono, Eugenia Liliawati. 1999. Mengenal Mata Uang Tunggal Eropa Euro.
Jakarta: Harvarindo.
Hardjosoebroto, S. 1976. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir Abad Pertengahan sampai
Perang Dunia II. Yogyakarta: BPFE.
Werdaningtyas, Grata Endah. 2000. Kebijaksanaan Inggris (1992-1999) Terhadap
Uni Ekonomi dan Moneter: Faktor-Faktor yang Mendorong Penundaan Inggris Untuk
Bergabung dalam Mata Uang Tunggal Eropa. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Website
Anonim. “Pound
sterling”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pound_sterling.
Anonim. “Uni
Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
Anonim. “Bank
Sentral Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Sentral_Eropa.
Anonim. “Uni
Eropa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Eropa.
Anonim. “Euro”,
http://id.wikipedia.org/wiki/Euro.
[4] Meita Istianda, Aspek Ekonomi dan Aspek Politik dalam
Perjanjian Maastricht, Thesis-S-2 (Jakarta: Universitas Indonesia, 2000), hlm. 42.
[5] Eugenia
Liliawati Muljono,
Mengenal Mata Uang Tunggal Eropa Euro
(Jakarta: Harvarindo, 1999), hlm. 2.
[8] A. Abdurachman, Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan
Perdagangan (Inggris – Indonesia) Jilid III (Jakarta:
Yayasan Prapancha, 1963), hlm. 758.
[9] A. Abdurachman, Ensiklopedia: Ekonomi, Keuangan dan
Perdagangan (Inggris – Indonesia) Jilid IV (Jakarta: Yayasan Prapancha, 1963), hlm. 961.
[11] Hardjosoebroto, S. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir
Abad Pertengahan sampai Perang Dunia II (Yogyakarta: BPFE, 1976), hlm. 7.
No comments:
Post a Comment